Resensi Buku: ….biarkan rasa yang memilih….
Judul : Brownies
Penulis : Fira Basuki
Jumlah hal. : 240
Penerbit : Gagas Media (2004)
=============================================================
Fira Basuki memang termasuk penulis yang produktif. Setiap tahun, Ibu cantik ini hampir selalu menerbitkan buku-buku terbarunya. Kali ini, Fira Basuki mencoba menulis buku dengan mengadaptasi skenario film ‘Brownies’.
‘Brownies’ bercerita tentang seorang perempuan muda, cantik, lajang, aktif dengan karir yang cemerlang. Mel, namanya, benar-benar menggambarkan sosok perempuan kosmopolitan seperti yang sering digambarkan di majalah-majalah wanita. Pekerjaannya di biro iklan sedang berada di posisi yang sangat bagus, masa depannya cerah, ditambah lagi Mel mempunyai seorang tunangan yang ganteng, romantis dan sangat memanjakan dirinya. Coba…. apa lagi yang kurang dari diri Mel? Sosoknya bisa membuat banyak perempuan iri.
Tapi, semua jadi berubah, ketika Mel ingin memberi surprise pada sang kekasih, Joe, malah Mel sendiri yang mendapat “surprise” yang membuatnya ‘down’. Ternyata di balik keceriaan dan kemandiriannya, Mel adalah sosok yang labil. Patah hati membuatnya limbung dan terkadang menjadi orang yang tidak rasional.
Di tengah keadaan yang galau, muncul sosok Are, tokoh utama kedua, pemuda yang kalau dilihat dari segi penampilan berbeda 180° dibanding dengan Joe. Jika Joe, adalah pemuda yang perlente, gayanya rapi dan berkelas, tatapan mata dan rayuannya bisa membuat banyak wanita ‘meleleh’. Kalau dilihat, Joe ini benar-benar pria bertampang “playboy”. Sementara Are, berprofesi sebagai penulis, punya toko buku, penampilannya cuek, rambut gondrong, gaya makan yang cenderung ‘sembarangan’, tapi mempunyai perasaan yang sensitif.
‘Perjodohan’ secara tidak langsung yang dilakukan sahabat Mel, diam-diam membuat hati Mel dan Are bergetar. Ternyata keduanya mempunyai beberapa persamaan. Mel sedikit demi sedikit mulai membuka hatinya untuk Are. Tapi, adanya persamaan itu, ternyata tidak membuat hati Mel luluh. Dalam hatinya Mel masih sangat mengharapkan Joe yang jelas-jelas sudah menyakitinya. Mel percaya suatu saat Joe akan menyadari kesalahannya dan kembali kepadanya. Hatinya bimbang, antara menerima Are dan melupakan Joe dengan segala pesonanya, atau kembali pada Joe, dan melupakan semua perbuatan Joe yang menyakitkan? Jadi, siapa yang harus dipilih Mel?
Lalu di mana letak peranan ‘Brownies’?
‘Brownies’ sendiri menjadi benang merah dalam cerita ini. Kue ini dijadikan pelarian baik bagi Mel atau Are. Bagi Mel, membuat brownies bisa menyalurkan segala kegelisahannya. Tidak peduli di tengah malam, jika sedang gundah, Mel akan lari ke brownies. Sedangkan, bagi Are, membuat brownies adalah salah satu cara untuk menjaga kenangannya akan sang Ibu yang telah tiada. Tapi, apa yang membuat Mel selalu gagal dalam membuat brownies, meskipun sudah pakai berbagai macam resep, sementara Are bisa membuat brownies yang enakkkkkkkk… sekali?
Silahkan temukannya jawabannya di dalam buku ini.. atau sekalian nonton filmnya. Yang jelas, meskipun sudah membaca buku ini, gak akan rugi untuk nonton filmnya. Ciri khas Fira Basuki tetap tertangkap dalam buku ini. Seperti dalam hampir setiap bukunya, Fira senang memasukkan latar belakang atau sejarah, demikian juga di buku ini, Fira memasukkan sejarah ‘Brownies’ sebagai pengantar, bahkan ada beberapa resep ‘Brownies’ yang menjadi eksperimen Mel. Tapi, mungkin karena ini diadaptasi dari scenario film, kita sudah tahu siapa berperan sebagai siapa, imajinasi kita akan sang tokoh agak tidak bisa berkembang.
Mana yang lebih menarik, film atau bukunya?
…. biarkan rasa yang memilih….
fps.04.12.20
Penulis : Fira Basuki
Jumlah hal. : 240
Penerbit : Gagas Media (2004)
=============================================================
Fira Basuki memang termasuk penulis yang produktif. Setiap tahun, Ibu cantik ini hampir selalu menerbitkan buku-buku terbarunya. Kali ini, Fira Basuki mencoba menulis buku dengan mengadaptasi skenario film ‘Brownies’.
‘Brownies’ bercerita tentang seorang perempuan muda, cantik, lajang, aktif dengan karir yang cemerlang. Mel, namanya, benar-benar menggambarkan sosok perempuan kosmopolitan seperti yang sering digambarkan di majalah-majalah wanita. Pekerjaannya di biro iklan sedang berada di posisi yang sangat bagus, masa depannya cerah, ditambah lagi Mel mempunyai seorang tunangan yang ganteng, romantis dan sangat memanjakan dirinya. Coba…. apa lagi yang kurang dari diri Mel? Sosoknya bisa membuat banyak perempuan iri.
Tapi, semua jadi berubah, ketika Mel ingin memberi surprise pada sang kekasih, Joe, malah Mel sendiri yang mendapat “surprise” yang membuatnya ‘down’. Ternyata di balik keceriaan dan kemandiriannya, Mel adalah sosok yang labil. Patah hati membuatnya limbung dan terkadang menjadi orang yang tidak rasional.
Di tengah keadaan yang galau, muncul sosok Are, tokoh utama kedua, pemuda yang kalau dilihat dari segi penampilan berbeda 180° dibanding dengan Joe. Jika Joe, adalah pemuda yang perlente, gayanya rapi dan berkelas, tatapan mata dan rayuannya bisa membuat banyak wanita ‘meleleh’. Kalau dilihat, Joe ini benar-benar pria bertampang “playboy”. Sementara Are, berprofesi sebagai penulis, punya toko buku, penampilannya cuek, rambut gondrong, gaya makan yang cenderung ‘sembarangan’, tapi mempunyai perasaan yang sensitif.
‘Perjodohan’ secara tidak langsung yang dilakukan sahabat Mel, diam-diam membuat hati Mel dan Are bergetar. Ternyata keduanya mempunyai beberapa persamaan. Mel sedikit demi sedikit mulai membuka hatinya untuk Are. Tapi, adanya persamaan itu, ternyata tidak membuat hati Mel luluh. Dalam hatinya Mel masih sangat mengharapkan Joe yang jelas-jelas sudah menyakitinya. Mel percaya suatu saat Joe akan menyadari kesalahannya dan kembali kepadanya. Hatinya bimbang, antara menerima Are dan melupakan Joe dengan segala pesonanya, atau kembali pada Joe, dan melupakan semua perbuatan Joe yang menyakitkan? Jadi, siapa yang harus dipilih Mel?
Lalu di mana letak peranan ‘Brownies’?
‘Brownies’ sendiri menjadi benang merah dalam cerita ini. Kue ini dijadikan pelarian baik bagi Mel atau Are. Bagi Mel, membuat brownies bisa menyalurkan segala kegelisahannya. Tidak peduli di tengah malam, jika sedang gundah, Mel akan lari ke brownies. Sedangkan, bagi Are, membuat brownies adalah salah satu cara untuk menjaga kenangannya akan sang Ibu yang telah tiada. Tapi, apa yang membuat Mel selalu gagal dalam membuat brownies, meskipun sudah pakai berbagai macam resep, sementara Are bisa membuat brownies yang enakkkkkkkk… sekali?
Silahkan temukannya jawabannya di dalam buku ini.. atau sekalian nonton filmnya. Yang jelas, meskipun sudah membaca buku ini, gak akan rugi untuk nonton filmnya. Ciri khas Fira Basuki tetap tertangkap dalam buku ini. Seperti dalam hampir setiap bukunya, Fira senang memasukkan latar belakang atau sejarah, demikian juga di buku ini, Fira memasukkan sejarah ‘Brownies’ sebagai pengantar, bahkan ada beberapa resep ‘Brownies’ yang menjadi eksperimen Mel. Tapi, mungkin karena ini diadaptasi dari scenario film, kita sudah tahu siapa berperan sebagai siapa, imajinasi kita akan sang tokoh agak tidak bisa berkembang.
Mana yang lebih menarik, film atau bukunya?
…. biarkan rasa yang memilih….
fps.04.12.20
--------------------oOo--------------------
1 Comments:
Min, mohon ijinnya ya untuk copas di blog saya www.aksiku.com, makasih banyak..
Post a Comment
<< Home