f3R1N4

Sunday, April 17, 2005

Dari Launching ‘Puing’

Dari Launching ‘Puing’
QB World Plaza Semanggi
5 Maret 2005

Hari Sabtu kemarin, aku udah niat banget pengen dateng ke acara launching buku ‘Puing’. Katanya sih, acara mulai jam 16.00 untuk umum, sementara jam 15.00 itu buat undangan. Tapi, pas datang ke sana jam 4 sore.. yahhh.. koq kaya’nya udah mulai lama banget.. dan aku yakin pasti gak ada session ke dua. Jadilah aku ‘ketinggalan kereta’ dan bingung karena gak nyambung.

Dari 9 penulis, cuma Bondan Winarno yang aku rada familiar. Itu pun karena aku ikutan milis Jalansutra dan pernah baca buku Jalansutra, jadi tau deh yang mana orangnya. Sementara yang lain, sepertinya (kaya’nya nih…) adalah nama-nama baru. Gak tau kalo mereka cukup ngetop di dunia permilisan.

Jadi nih… ‘Puing’ ini adalah ‘Sebuah Novel Kolaborasi’. Para penulisnya adalah Bondan Winarno (sekaligus sebagai penyunting), Suzana Widiastuti, Arief Hamdani, Anna Hadi, Priatna Ahmad Budiman,, Anna Budiastuti, Violeta Narcissus dan Gredika Noor Hanes. Mereka semua tergabung dalam milis truedee.

Kenapa ‘kolaborasi’? Kenapa bukan ‘kumpulan cerpen’ atau ‘antalogi cerpen’? Menurut salah satu penulis (lupa siapa… tepatnya gak tau namanya..), karena cerita-cerita ini meskipun berdiri sendiri punya benang merah satu sama lain. Tokoh di satu cerita, bisa muncul cerita lainnya. Semua tokoh di dalam cerita ini punya satu hal yang sama yang akhirnya ‘mempertemukan’ mereka, yaitu misteri kematian. Seram?? Gak, koq.. ini bukan novel horor. Mereka hanya berusaha mencari ‘apa itu kematian’ dalam berbagai sisi. Di pengantar buku ini, disebut “Puing: Sebuah Novel Kolaborasi, tentang Hidup, Mati dan Hidup sesudah Mati.”

“Puing adalah sebuah genre baru novel kolaborasi permenungan tentang kematian dariberagam perspektif penulis. Sebuah novel tentang kemanusiaan, AIDS dan pencarian makna hidup dengan gaya tutur "soft imajinatif", dan kemuraman kisah cinta. Sebuah novel "very dark love story", serta perjalanan pencarian sufi pecinta akan makna hidup dan kematian.

PUING di edit dengan sangat piawai oleh Bondan Winarno, merangkai benang merah pada tiap-tiap cerita, menisikkan jalinan 'sad end love story' dan kematian menjadi sebuah pencaharian tak kunjung selesai tentang makna ilahiah dibalik peristiwa, serta akhir yang mengejutkan.”

(dikutip dari email arief ludiantoro [ar1ef2001@yahoo.com]; Fri 3/4/05 9:42 AM; subject: PUING: ukuran cinta sejati; di milis pasarbuku)

Oh, ya, alasan kenapa aku pengen datang ke launching ini, yang pasti karena aku pengen berburu tanda tangan penulis, dan aku juga pengen tau launching buku tuh seperti apa sih.

Terus, ada yang sempet nanya, kapan sebaiknya novel ini dibaca, dan soundtrack apa yang mendukung? Katanya sih… berhubung temanya rada-rada misterius, sebaiknya dibaca malam hari.. sebelum tidur.. atau malah tengah malam sekalian… Jawaban soal soundtrack, sayangnya aku gak kedengeran.

Mungkin karena udah ketinggalan, aku jadi rada bosen. Akhirnya aku liat-liat buku di QB aja. Oh ya… untung aku masih kebagian buku ‘Puing’, karena pas aku tanya, tinggal satu-satunya yang ada di display. Nah, pas udah session book signing, baru deh aku ‘memberanikan’ diri ke tengah-tengah kerumunan. Tapi aku harus cari pinjeman bolpen dulu, karena aku lupa gak siap bawa bolpen. Karena aku gak familiar dengan para penulis (kecuali Pak Bondan), akhirnya aku ngeliat dulu mana yang lagi sibuk tanda tangan, mana yang kerumunan yang cuma haha – hihi. Hmmm… my first impression sama penulis-penulis itu… ada yang nyentrik, karena pake baju sufi (salah satu tema Puing memang ada yang berbau sufi); ada yang ramah, pas dimintain tanda tangan, malah dia bilang,”Ma kasih ya, udah minta tanda tangan.” Lho… koq kebalik?? (tapi aku lupa siapa namanya… emang harusnya tanda tangan di fotonya kali ya…). Terus.. ada yang tanda tangannya pake stemple namanya; ada juga yang rada ‘sok’, pas dimintain tanda tangan sambil ngobrol dan liat ke tempat lain.. hmmm.. berasa seleb baru kali, ya…

Yang lucunya, masa’ ada seorang panitia (mbak-mbak yang harusnya jadi penerima tamu, tapi dia malu disuruh duduk di depan), aku tanya salah seorang nama penulisnya, terus dia bilang, “Mau minta tanda tangan, ya? Sini aku yang mintain.” Kirain (harusnya) dia tau, dong yang mana si penulis itu… ehhhh… pas aku liat, dia malah tanya ke yang lain dulu… baru dia mintain tanda tangannya… Gimana, sihhhh…???

Kalau ada launching buku lagi, rasanya aku masih mau untuk coba datang lagi… Dan pengen ngikutin dari awal.. It was good… and it was a new experience

fps.05.03.08

ps: resensi Puing-nya menyusul

--------------------oOo--------------------

0 Comments:

Post a Comment

<< Home